Kehidupan manusia tidak lepas dari alam. Air, tanah, binatang, dan tumbuhan menjadi unsur bagian penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Unsur-unsur tersebut bahkan hadir di banyak kepercayaan masyarakat di Nusantara. Jenis-jenis binatang tertentu seringkali dituangkan dalam ekspresi religi maupun seni, salah satunya adalah binatang melata seperti cicak/kadal/biawak. Menurut R.P. Soejono yaitu seorang bapak arkeolog yang berperan dalam pemajuan arkeologi prasejarah Indonesia bahwa kadal dan biawak bagi bangsa Indonesia, Melanesia, dan Polinesia dianggap sebagai penjelmaan dari dewa atau nenek moyang, kepala suku atau tokoh masyarakat yang dapat memberikan perlindungan bagi keturunan dan masyarakatnya sehingga kadal atau biawak dianggap memiliki kekuatan magis.
Ornamen berupa binatang melata sejenis cicak atau kadal bagi masyarakat Batak disebut sebagai ornamen boraspati. Penamaan ornamen ini berbeda-beda di setiap sub etnis masyarakat Batak. Ornamen ini sering hadir di rumah adat atau artefak masyarakat Batak, baik bagi masyarakat sub etnis Pakpak, Karo, Toba, dan Simalungun. Bagi masyarakat Pakpak, ornamen ini disebut dengan beraspati. Ornamen di masyarakat Pakpak memiliki bentuk dua binatang menyerupai cicak yang bertemu dan berhadap-hadapan. Ornamen ini bagi masyarakat Pakpak mencerminkan pengharapan untuk mendapatkan keselamatan dari Beraspati Tanoh. Di Karo, ornamen ini disebut dengan retret atau pengretret yang melambangkan adanya kekuatan, penangkal setan, dan persatuan masyarakat dalam menyelesaikan suatu masalah. Sama halnya dengan masyarakat Toba, ornamen boraspati menjadi lambang kekuatan untuk menghindarkan diri dari marabahaya serta memberikan berkah yang berlimpah kepada manusia sedangkan masyarakat Simalungun menyebut ornamen ini adalah pinar boraspati yang dihias di rumah agar sebuah rumah dan keluarga terhindar dari roh jahat sekaligus sebagai simbol kesuburan.
Referensi:
Ginting, Samaria., Sitepu, A.G.(1994/1995). Ragam Hias Ornamen Rumah Adat Batak Karo. Medan: Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara.
Hidayati, Dyah. (2011). Batu Boraspati dan Batu Kelang, Keterkaitannya dengan Kehidupan Agraris Masyarakat Pakpak. Berkala Arkeologi Sangkhakala, 27, 36-51.
Sipayung, Hernauli., Lingga. S. Andreas. (1994/1995). Ragam Hias Ornamen Rumah Adat Simalungun. Medan: Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara.