Masjid Mantingan: Perpaduan Seni Ukir Berbagai Budaya

Masjid Mantingan adalah salah satu masjid kuno di daerah Jepara, Jawa Tengah yang terletak di Desa Mantingan atau sekitar 5 km ke arah selatan dari pusat kota Jepara. Masjid ini diperkirakan sudah ada sejak 1559 Masehi dan sampai hari ini masih berfungsi sebagai tempat ibadah dan cagar budaya. Masjid Mantingan dibangun di lahan dengan lereng bukit yang melingkupinya. Masjid ini dibangun oleh Ratu Kalinyamat yaitu seorang pemimpin perempuan yang pernah berpengaruh di Jepara. Pada saat kepemimpinannya, masjid ini juga berfungsi sebagai pusat pengembangan peradaban di Jepara. Masjid yang memiliki nilai sejarah ini dijadikan sebagai salah satu tujuan wisata religi Jepara yang sering dikunjungi oleh wisatawan.

Masjid dengan Akulturasi Budaya Hindu, Buddha, Islam, Jawa, dan Tionghoa

Akulturasi masjid ini terlihat dari ornamen-ornamennya yang khas. Konon hiasan-hiasan pada relief masjid dibuat oleh Patih Sungging Badar Duwung yaitu ayah angkat dari Sultan Hadiri yang pada saat itu terkenal karena kemampuannya dalam seni memahat. Ornamen kuno ini terukir pada sebuah media batu padas kuning yang ditempel pada beberapa sisi dinding masjid. Terdapat ornamen bermotif bunga, tumbuhan, dan hewan yang menjadi ciri khas kesenian Jepara kuno.

Saat Islam masuk ke Jepara, ornamen hewan seperti gambar merak, kuda, gajah, phoenix, atau kera digubah sehingga bentuk hewan terlihat samar. Ornamen hewan juga diselingi dengan suluran dedaunan dan bunga sehingga ornamen di Masjid Mantingan tidak lagi memperlihatkan ornamen hewan lagi. Hal ini dilakukan karena sesuai dengan nilai ajaran agama Islam yang melarang adanya penggambaran makhluk hidup hewan. Stilasi dilakukan sebagai bentuk penerapan unsur estetika Hindu yang diselaraskan dengan ajaran agama Islam. Stilasi menjadi alternatif bagi seniman untuk berkesenian di Masjid Mantingan tanpa harus bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama Islam.

Pengaruh Hindu-Buddha yang paling menonjol adalah adanya gambar batang, daun, dan bunga teratai yang hadir dalam berbagai variasi baik lewat panel segi empat kurawal, medallion, segi enam, atau bujur sangkar. Corak ragam hias Cina seperti gambar bunga teratai dianggap sebagai lambang dari kesucian, kesuburan, dan kedamaian. Gambar teratai yang tengah mekar juga menjadi lambang dari nilai-nilai kebenaran dalam bertindak, berbicara, serta berfikir.

 

Referensi:

Putra, Eko Roy Ardian. 2018. Makna Simbolis Pada Ragam Hias Masjid Mantingan di Jepara. Skripsi, Fakultas seni Rupa dan Desain. Surakarta: Institut Seni Indonesia Surakarta.

irsyada, Abdulloh Eizzi. (2019). Kajian Nilai Estetis dan Simbolis Ukiran Masjid Mantingan Jepara. Jurnal Desain Komunikasi Visual Asia (JESKOVSIA) 3(1), 37-48. Setiawan, Agus., Sulistyawati, Putri. (2017). Desain Ornamen Nusantara: Konsep Landscape dalam Relief Masjid Mantingan. Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II, 16-24.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *