“Kamu sudah melihat artikel Hombung: Brankas Tradisional Masyarakat Batak di blog Uwitan? Atau sudah melihat mikroblog tentang Belanda Kembalikan 68 Benda Bersejarah (Koleksi Wereldmuseum Rotterdam) ke Indonesia dan reels tentang Hombung di Instagram Uwitan? Artikel ini akan menjawab mengapa kami mulai membahas konten-konten sejarah dan budaya di platform Uwitan.”
Mengikuti atau Menolak Arus?
Jika berbicara tentang gaya hidup, globalisasi berperan besar terhadap perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. Proses globalisasi gaya hidup yang cepat membuat masyarakat mau tidak mau mengikuti arus. Setiap individu membutuhkan segala sesuatu yang praktis, cepat, fleksibel, dan fungsional agar dapat menggunakan waktu dengan sebaik mungkin. Memang, tidak semua masyarakat memilih untuk mengikuti arus. Tetap ada yang menolak mengikuti arus dan menolak menjadi bagian dari arus globalisasi tersebut. Tampaknya ini hanya perihal pilihan, mau mengikuti arus atau menolak (bahkan ada yang terang-terangan dan ekstrim melawan) arus globalisasi gaya hidup.
Artikel ini mencoba untuk melihat kembali bahwa mengikuti arus atau menolak arus tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dengan kesadaran yang utuh, dalam memahami lokalitas dan budaya pun kerap terjadi situasi ‘gamang’. Ada perasaan takut merasa ketinggalan zaman namun di sisi lain juga mengalami rasa khawatir jika tidak merawat ingatan-ingatan leluhur. Melihat situasi ini, Uwitan menyadari bahwa memang sampai hari ini Uwitan masih aktif memproduksi produk yang secara langsung dikreasikan oleh pengrajin lokal Indonesia. Selain itu, Uwitan juga sangat mendukung ekosistem perekonomian negara dengan terus menyerukan bahwa ‘produk dalam negeri’ tidak kalah saing dengan produk furniture dari luar negeri. Tidak hanya sampai di situ, Uwitan juga terus mengkampanyekan furniture dengan desain yang simple, fleksibel, serta tidak memiliki banyak aksen atau warna yang mencolok dan hal ini sangat tampak dari produk-produk Uwitan.
Lalu apa yang membuat Uwitan gamang?
Mencoba Kembali ‘Terhubung’
Uwitan sendiri merupakan gabungan dari kata unique, wooden, Indonesia, timeless, affordable, dan natural. Uwitan mencoba merefleksikan ulang makna dari ‘Indonesia’ sendiri bagi Uwitan itu seperti apa. Jarang sekali Uwitan menghadirkan narasi-narasi ingatan leluhur Nusantara dan kekayaan pengetahuan itu belum hadir di wajah produk Uwitan. Referensi kiblat tata ruang minimalis sampai hari ini kita masih mengikuti narasi penataan ruang ala masyarakat Jepang. Kampanye ‘minimalis’ selalu diserukan oleh masyarakat hingga hingga hari ini dan kita lupa atau bahkan sengaja melupakan bahwa pengetahuan tata ruang, gaya hidup, bahkan konsep furniture telah diatur secara sistematis oleh nenek moyang Indonesia yang selaras dengan alam. Keterputusan koneksi kita dengan leluhur menjadi alasan mengapa Uwitan kembali mencoba untuk menguatkan identitas ke-Indonesia-an yang secara fondasi tampaknya belum kuat bahkan belum menyentuh hingga ke akar-akarnya.
Uwitan perlahan-lahan mencoba untuk menelusuri dan mengkoneksikan kembali bahwa pengetahuan-pengetahuan yang ‘ada’ tersebut perlu dihadirkan kembali ke permukaan. Usaha ini diupayakan agar pengetahuan tersebut tidak hanya menjadi narasi-narasi yang hanya sebatas hadir di buku atau artefak-artefak yang disimpan di museum saja tapi menjadi sumber belajar bagi laku kehidupan masyarakat yang sempat mengalami ‘kegamangan’ terhadap krisis identitas diri itu tadi. Yang menjadi penting bahkan bukan hanya ‘bendanya’ namun pengetahuan yang tidak berbentuk itulah yang menjadi bagian yang perlu dikoneksikan kembali dengan masyarakat modern hari ini.
Tanpa adanya ingatan maka tidak ada identitas diri.
Hasil refleksi inilah yang mendorong Uwitan untuk kembali mengenal. Tidak cukup hanya mengenal tapi menelusuri lebih dalam ingatan-ingatan pengetahuan tersebut agar dapat menguatkan identitas diri dan ke-Indonesia-an tersebut. Seberapa dalam proses perkenalan tersebut? Jawabannya adalah Uwitan sedang pelan-pelan dan akan membagikan ingatan tersebut kepada semua teman yang juga tertarik untuk mengingat-ingat atau menelusuri ingatan tersebut.