Saat berlibur ke Pulau Bali, apakah kamu menyempatkan diri untuk membeli kaos barong? Rasanya kurang lengkap jika ke Bali namun tidak membeli kaos barong yang dominan dijual di pusat-pusat perbelanjaan oleh-oleh Bali. Tapi pernahkah kamu bertanya-tanya kenapa kaos ini bisa dijual di banyak tempat? Ternyata kisah barong memiliki kisah yang tertulis di sebuah lontar di Bali. Kaos ini bahkan juga dijual di area pusat oleh-oleh Candi Borobudur atau di area wisata Yogyakarta.

Sumber Gambar: Antara News Bali
Kaos Barong Menjadi Identitas Oleh-Oleh Khas Pulau Bali
Kaos barong menjadi salah satu oleh-oleh khas Bali yang bentuknya sangat sederhana namun mampu menarik perhatian wisatawan. Kaos oblong ini nyaman digunakan dan memiliki banyak varian warna. Di tengah kaos terdapat ilustrasi barong. Kaos ini adalah karya dari Pande Ketut Krisna (alm). Belum ke Bali jika tidak membeli kaos barong ini. Kaos ini ditemukan oleh Pande tanpa sengaja saat melakukan percobaan untuk warna kain endek sekitar tahun 1969. Saat itu Pande memiliki usaha tekstil dan sedang mengembangkan kreasi kain endek. Hasil eksperimen beliau akhirnya menghasilkan kain endek warna-warni dengan menggunakan metode celup benang tenun. Ilustrasi kepala barong ia pilih karena menurut beliau gambar barong cukup mudah untuk dibuat, kecuali barong ketet karena tergolong motif yang rumit saat digambar. Hasil karyanya laris di pasar oleh-oleh Bali.
Barong: Lambang Kebenaran Melawan Kejahatan
Bagi masyarakat Bali, barong adalah sesuatu yang akrab di lingkungan religi masyarakat Hindu. Barong juga menjadi salah satu kesenian masyarakat Bali yang dihadirkan melalui pertunjukan tari. Barong kerap hadir dalam bentuk binatang buas yang di dalamnya terdapat orang yang menggerakannya sambil menari. Di dalam lontar “Barong Swari” diceritakan bahwa Bhatari Uma turun ke dunia karena mendapatkan kutukan dari Bhatara Guru. Dewi Uma turun menjadi Dewi Durga dan kemudian ia melakukan yoga. Saat melakukan yoga, ia menciptakan beberapa wabah penyakit. Ia menghadap ke arah utara dan menciptakan “gering lumintu”, menghadap ke barat menciptakan “gering hamancuh”, ke arah selatan menciptakan “gering rug bhuana”, dan ke arah timur menciptakan “gering ngutah bayar”. Di seluruh arah mata angin telah terdapat wabah penyakit sehingga dunia dan umat manusia terancam malapetaka. Sanghyang Tri Murti (Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Siwa) merasa prihatin dengan umat manusia kemudian turun ke dunia dengan jalan mengubah diri. Dewa Brahma menjelma lewat topeng bang, Dewa Wisnu menjelma menjadi telek, sedangkan Dewa Siwa menjelma menjadi barong. Ketiga dewa menyucikan dunia dengan cara menari untuk memusnahkan segala macam wabah penyakit yang diciptakan oleh Dewi Uwa.
Referensi:
Yadnya. Drs. IGN., dkk. (1993/1994). Deskripsi Seni Daerah Bali Barong Landung. Denpasar: Proyek Pembinaan Kesenian Kanwil Depdikbud Propinsi Bali.
Dewi, Anggraeni Purnama. (2016). Komodifikasi Tari Barong di Pulau Bali Seni berdasarkan Karakter Pariwisata. Panggung 26(3), 222-233.
Agmasari, Silvita. (2024, 7 Maret). Perintis Baju Barong Khas Bali, Pande Ketut Krisna Meninggal Dunia. Diakses pada 31 Januari 2025, dari https://travel.kompas.com/read/2024/03/07/071600927/perintis-baju-barong-khas-bali-pande-ketut-krisna-meninggal-dunia
Andries, Niklaas. (2024, 8 Maret). Kaos Barong Legendaris Khas Bali Kreasi Pande Ketut Krisna Tercipta dari Ketidaksengajaan dan Belum Memiliki Hak Paten. Diakses pada 31 Januari 2025, dari