“Urip iku Sak Madya wae!” Kurang lebih seperti itu lah cara orang orang jawa mengucapkan frasa tersebut. Kita semua sudah mengenal konsep hidup ala Zen yang berasal dari jepang. Karena konsep zen sangat fenomenal dan terkenal, kita orang Indonesia sampai ikut menerapakan dalam kehidupan juga. Padahal, kita punya nilai budaya jawa yang memiliki prinsep serupa. Lalu kenapa ya Sak Madya kurang begitu nampak di negara kita Indonesia? Mari kita ulas dari sejarahnya.
Daftar isi
Sejarah Sak Madya
Sak Madya merupakan sebuah konsep untuk mencapai keselarasan, sak madya muncul sebagai adaptasi masyarakat jawa yang beralih dari peradaban hindu ke peradaban islam. Hal ini membuat sak madya bukan hanya mewujud dalam gaya hidup saja, tapi juga merupakan sebuah cara berpikir ala orang jawa yang serba pas. Hal tersebut menjelaskan kenapa masyarakat jawa punya konsep Sak Madya, tapi longgar di arsitektur dan interior. Pertentangan antara sinkretisme hindu dengan ajaran islam menyisakan sistem klasifikasi simbolik dalam kehidupan sehari-hari masyarakat jawa yaitu Sukma dan Raga yang kemudian muncul dalam arsitektur khas jawa.
Perjalanan munculnya Sak Madya memang membuat konsep ini menjadi sulit dipahami sehingga menjadi tidak populer. Generasi zaman Sekarang lebih mengenal zen dan gaya hidup ala masyarakat barat karena lebih sederhana. Tapi jika kamu melakukannya, dengan mengacu pada klasifikasi sukma dan raga, sebenarnya tidak terlalu rumit karena masih relevan dengan modernitas.
Konsep Sak Madya
Style minimalis sedang tren belakangan ini. Bukan main, tren minimalis masuk ke berbagai macam lini kehidupan mulai dari fashion, arsitektur dan interior rumah. Banyak sekali influencer, selebgram, desainer sering menyebutkan kata minimalis pada konten mereka. Kata “minimalis” yang tersebut pada setiap konten selalu dilekatkan pada konteks modernitas. Contohnya, ada barang yang terlihat sangat bersih, praktis, enak dilihat, sesuai dengan gaya hidup modern disebut minimalis.
Dari ilustrasi sebelumnya, apakah konsep minimalis seperti itu? Lebih praktis, putih, bersih apakah bisa disebut minimalis? Bisa jadi. Tapi, kalau sebentar-sebentar ganti perabotan lebih canggih dan mengikuti perkembangan tren apakah itu minimalis? Nah, dari sini lah kita perlu memahami beda minimalis sebagai “gaya” dan minimalis sebagai “gaya hidup”.
Sak Madya memiliki konsep serupa dengan Zen. Memiliki kesamaan untuk mencapai ketenangan dan kebahagiaan hidup. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menyederhanakan aktivitas sehari-hari kamu ke hal-hal penting dan kamu butuhkan. Jadi kesimpulannya adalah, konsep sak madya ini merupakan penerapan minimalis sebagai “gaya hidup” bukan hanya sekedar “gaya”.
Klasifikasi Sak Madya
Dalam perjalanannya, efek pertentangan sinkretisme hindu dengan ajaran islam menyisakan sistem klasifikasi. Yaitu klasifikasi Raga dan Klasifikasi Sukma, Seperti apa konsep klasifikasi tersebut? Untuk mempermudah pemahaman kita, Uwitan ambil contoh dari kegiatan decluttering.
Pada proses decluttering, kita perlu memilih mana yang harus di simpan dan mana yang perlu kita singkirkan. Kita menyimpan sesuatu yang masih kita pakai dan kita butuhkan, dan menyingkirkan atau membuang sesuatu yang sudah tidak kita butuhkan atau jarang kita pakai. Proses tadi itu lah masuk kedalam konsep Klasifikasi Raga.
Saat kita melakukan decluttering, tentu kita perlu memahami mana yang kita butuhkan dan tidak. Pemahaman diri sendiri tentang apa yang kita butuhkan dan tidak itulah Klasifikasi Sukma.
Penerapan Sak Madya
Penerapan sak madya dalam kehidupan tidaklah rumit. Hampir sama dengan zen, namun sejenak kita pinggirkan dulu soal estetika. Mungkin kamu pernah mengalami, rak lemari kamu memiliki sisa ruang kosong karena sebenarnya pakaianmu tidak terlalu banyak. Maka sebenarnya kamu tidak perlu membeli lemari besar, kamu bisa membeli cabinet atau drawer yang cukup memuat semua baju.
Atau contoh lainnya adalah kalau kamu menerima warisan atau pemberian furniture dari orang tua atau sanak saudara. Mungkin furniturenya sudah memudar warnanya, terasa lebih tua. Kamu tinggal mengecat ulang atau varnish ulang furniture tersebut agar terlihat lebih fresh, sehingga kamu tetap dapat memakai furniture tersebut.
Pengaruh Hidup Sak Madya
Jika kita melihat Kembali ke awal bahwa tujuan dari hidup minimalis yaitu mencapai ketenangan dan kenyamanan serta kebahagaiaan hidup, apakah kalian merasa hidup lebih Bahagia dengan menerapkan minimalis?
Coba kita lihat negara-negara yang terkenal dengan gaya hidup minimalis. Kita ambil contoh jepang dan belanda untuk dibandingkan dengan Indonesia. Kedua negara tersebut memiliki pengaruh terhadap perkembangan konsep minimalis. Jepang membawa konsep minimalis dengan kebudayaanya. Sedangkan belanda dengan Gerakan De Stijl membawa minimalis dengan karya seni.
*Menampilkan grafik WHR
Disclaimer dulu ya. . bahwa World Happiness Report tadi diambil dari berbagai macam aspek yaitu:
- GDP Per Capita
- Social Support
- Healthy Life Expectancy
- Freedom To Make a Life Choices
- Generosity
- Perceptions of Corruption
- Dystopia Residual
- Confidence Interval
Oke, kita lanjut. Dalam website tersebut, pada tahun 2021 lalu belanda berada di peringkat ke-5 sebagai negara paling Bahagia di dunia, sedangkan jepang berada di peringkat 56 dan Indonesia ke 82.
Hidup selalu merasa cukup yang diajarkan oleh sak madya bisa mempengaruhi beberapa aspek kebahagiaan salah satunya adalah “Freedom to make a life choices”
Suatu hal yang kita pilih, bukan lagi terpengaruh oleh tren tapi kita pilih tersebut karena memang kita butuh. Kita punya opsi untuk tidak selalu mengikuti tren yang ada untuk Bahagia. Cukup tau seperti apa diri kamu dan apa yang kamu butuhkan, and you will got your freedom!