Apakah Anda sering menghadapi permintaan anak untuk jajan mainan terbaru hampir setiap hari? Boleh jadi, anak berada pada fase sedang gandrung-gandrungnya dengan permainan atau figur pahlawan yang dia suka karena menonton di TV atau YouTube. Atau juga, seperti kebanyakan anak, mereka cepat bosan terhadap jenis mainan tertentu, sehingga ketika melihat teman atau mampir ke minimarket dan melihat mainan, mereka ingin memilikinya.
Bisa jadi, membelikan mainan digunakan sebagai jurus pamungkas untuk meredakan rengekan anak. Dengan ungkapan “sayang anak”, secara tidak sadar kita seringkali menjadi impulsif: membeli tanpa memiliki tujuan dan pertimbangan matang. Karena ingin anaknya tidak menangis, kita kerap membelikan mainan murah dengan tujuan mendiamkan anak. Setelah bosan, dibuang? Belum tentu. Umumnya, mainan rusak pun kerap dipertahankan sehingga memenuhi berbagai ruangan di rumah.
Akibatnya apa? Koleksi mainan kerap menumpuk di dalam rumah. Lalu, kita pun jarang melakukan decluttering di dalam rumah, sehingga kondisi rumah semakin crowded dan kita kerap dilanda kebingungan: mana yang harus disisihkan dan dipertahankan. Itulah dilema ketika menghadapi menumpuknya koleksi mainan anak.
Lalu, bagaimana solusi menghadapi permasalahan yang kerap dihadapi oleh parent? #TemanUwitan bisa menerapkan prinsip sederhana ini: one in, one out. Secara sederhana, prinsip ini mengajarkan kepada kita bahwa apa yang dibeli, harus dikeluarkan satu. Mengapa ini perlu dilakukan? Tujuannya adalah agar rumah tidak menumpuk barang yang ada. Apa benefitnya jika kita melakukan prinsip one in, one out? Secara umum, ada tiga.
Daftar isi
1. Giving
Ketika prinsip one in, one out dijalankan, maka kita bisa mengajarkan anak untuk berbagi terhadap sesama. Mainan yang sudah tidak dipertahankan bisa didonasikan kepada tetangga yang belum memiliki, panti asuhan atau komunitas yang mengelola dan mendistribusikan mainan untuk anak kurang mampu.
2. Green Living
Di samping kepekaan sosial, prinsip one in, one out bisa mengajarkan anak tentang pentingnya gaya hidup peduli environmental. Mereka diajarkan untuk peduli lingkungan dengan tidak sembarangan membuang. Di saat memutuskan untuk mengeluarkan, orang tua bisa mengarahkan agar mainan diberikan pada orang lain atau recycler untuk didaur ulang dan memiliki nilai manfaat baru.
3. Decluttering
Prinsip one in, one out mengajarkan anak untuk decluttering. Ia harus belajar memutuskan mana mainan yang ingin dipertahankan dan disisihkan atau didonasikan. Dengan cara ini, anak diajarkan untuk mengambil keputusan secara sederhana: bagaimana dia mempertimbangkan dan akhirnya memilih jenis mainan yang dipertahankan atau disisihkan.
4 Organizing
Dari prinsip one in, one out, anak juga didorong untuk bisa mengelola barang yang dimilikinya dengan apik. Ketika dipacu untuk mengeluarkan, ia akan mencoba untuk menata apa yang sudah dimilikinya dan dicocokkan dengan apa yang akan dimilikinya nanti. Dari sini, koleksi mainan yang ada di rak ataupun boks akan disusun sebaik-baiknya.